Rangkiangsumbar /17 September 2025 – Di sebuah ruangan konferensi pers di Mapolda Sumbar, Irjen Pol Dr. Drs. Gatot Tri Suryanta berdiri tegak di hadapan deretan awak media. Suaranya tegas namun penuh keprihatinan saat membicarakan satu kata yang selama ini menjadi momok bersama: narkoba.
“Narkoba adalah musuh kita semua. Setiap paket yang berhasil kita sita, berarti kita sudah menyelamatkan masa depan generasi muda,” ucap Kapolda, membuka pernyataannya dengan nada serius.
Bukan tanpa alasan. Dalam tiga bulan terakhir, jajaran Polda Sumbar berhasil mengungkap 37 kasus narkotika dengan 56 tersangka. Barang bukti yang disita tidak main-main: 50,31 kilogram sabu dan 49,12 kilogram ganja. Angka itu, bila diedarkan, sanggup meracuni ratusan ribu orang.
Salah satu pengungkapan terbesar terjadi pada dini hari di Kabupaten Pasaman. Lima pria asal Kota Solok mencoba membawa hampir 48 kilogram ganja dengan mobil Avanza putih. Saat dihentikan polisi, mereka sempat melawan. Namun upaya itu sia-sia, barang haram pun digelar di meja bukti—karung-karung besar berisi daun ganja yang masih berbau menyengat.
Beberapa pekan kemudian, di Kota Padang, dua tersangka lainnya ditangkap dalam operasi undercover buy. Sabu yang mereka bawa disembunyikan dalam kotak bedak warna pink. Modus lama, tetapi tetap saja berbahaya jika berhasil lolos.
Pengungkapan lain lebih mencengangkan. Di sebuah rumah di Padang Utara, polisi menemukan puluhan paket sabu tersimpan rapi di bawah kasur, lemari, hingga dalam bungkus teh Cina. Seorang pria berusia 42 tahun menjadi tersangka tunggal. Rumah sederhana itu seakan menjadi gudang kecil kematian.
Irjen Pol Gatot tidak sekadar menyebut angka. Ia menekankan bahwa di balik setiap paket sabu dan ganja, ada potensi kerusakan hidup, keluarga yang hancur, dan generasi yang terjerumus. “Pencegahan lebih penting. Kami tidak hanya menindak, tapi juga mengedukasi dan merehabilitasi,” katanya.
Keseriusan itu bukan hanya tugas aparat. Kapolda mengajak masyarakat ikut menjaga lingkungan, keluarga, dan sekolah. Sinergi dengan Forkopimda, TNI, hingga dukungan media diharapkan mampu memperkuat benteng pertahanan terhadap narkoba.
Konferensi pers hari itu bukan sekadar laporan angka kasus. Ia adalah peringatan, juga ajakan. Bahwa narkoba bukan sekadar pelanggaran hukum, melainkan ancaman masa depan. Dan di balik setiap pengungkapan, ada satu harapan: Sumatera Barat bebas dari narkoba (*)






