Padang  

Sentuhan Humanis di Balik Jeruji: Program Penguatan Emosional bagi Narapidana Perempuan

Rangkiangsumbar / 16 September 2025 – Suasana berbeda hadir di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan Kelas IIB Padang pada Jumat, 22 Agustus 2025. Di tengah dinding-dinding kokoh dan rutinitas keseharian warga binaan, sebuah langkah baru diukir melalui pembukaan Mindful Empowerment Approach: Program Penguatan Ketahanan Emosional Narapidana Perempuan Berbasis Mental Strength Framework.

Kegiatan tersebut dibuka langsung oleh Kepala Lapas Perempuan Kelas IIB Padang, Susi Andriany Pohan, A.KS., S.Sos., M.Si., bersama dosen pembimbing Universitas Negeri Padang, Lailatur Rahmi, S.Pd., M.Pd.. Kehadiran mereka menandai dimulainya kolaborasi strategis antara dunia akademik dan lembaga pemasyarakatan dalam mendukung pembinaan yang lebih humanis bagi narapidana perempuan.

Program ini dirancang tidak sekadar sebagai kegiatan formal, melainkan sebagai wadah untuk memperkuat ketahanan emosional, meningkatkan kesadaran diri, dan membangun sikap penerimaan diri yang lebih positif. Kerangka Mental Strength Framework yang digunakan menggabungkan edukasi, praktik reflektif, serta pendampingan intensif.

Melalui pendekatan tersebut, para narapidana perempuan diharapkan dapat menemukan kembali kekuatan batin yang mungkin terabaikan di balik pengalaman hidup mereka. Mindful Empowerment Approach tidak hanya membekali dengan teori, tetapi juga menghadirkan praktik nyata agar dampaknya terasa langsung dan berkelanjutan.

Dalam kesempatan itu, Universitas Negeri Padang juga memberikan penghargaan khusus kepada Lapas Perempuan Kelas IIB Padang. Penghargaan ini menjadi simbol apresiasi atas dukungan, kerja sama, dan kontribusi aktif pihak Lapas dalam menyukseskan program, sekaligus mendukung implementasi SERENA (Self-Regulation, Self-Acceptance, Emotional Resilience, Nurturing Awareness).

Kepala Lapas, Susi Andriany Pohan, menegaskan bahwa pembinaan warga binaan tidak hanya bisa dilihat dari sisi keterampilan vokasional. Menurutnya, aspek psikologis dan emosional juga perlu mendapat perhatian serius agar narapidana dapat tumbuh lebih kuat dan siap menghadapi kehidupan baru setelah keluar dari jeruji.

Sementara itu, Kasubdit Registrasi dan Bimbingan Masyarakat menekankan pentingnya keberlanjutan program. Menurutnya, pembinaan yang menyentuh sisi emosional akan membantu narapidana perempuan lebih siap menjalani proses reintegrasi sosial ketika kembali ke tengah masyarakat.

Lailatur Rahmi, dosen pembimbing dari Universitas Negeri Padang, menyampaikan rasa bangganya dapat terlibat dalam program ini. Ia menilai, kolaborasi semacam ini memberi warna baru dalam dunia pendidikan sekaligus menjadi kontribusi nyata bagi pembinaan warga binaan.

Harapannya, Mindful Empowerment Approach menjadi tonggak penting dalam menghadirkan pembinaan yang lebih humanis, transformatif, dan bermakna. Dengan semangat “SERENA: Tenang Jiwa, Tegar Rasa, Pulih Bermakna,” program ini diharapkan mampu memberi ruang penyembuhan dan kekuatan baru bagi narapidana perempuan di Lapas Perempuan Kelas IIB Padang (*)