Rangkiangsumbar – Suasana Sabtu dini hari di kawasan Pasar Ambacang, Kecamatan Kuranji, Kota Padang, awalnya berjalan biasa. Jalanan yang lengang hanya dilalui beberapa kendaraan. Namun, dalam sekejap, ketenangan itu pecah oleh suara teriakan puluhan remaja yang saling berhadapan.
Dua kelompok anak muda, dengan wajah penuh emosi, terlibat bentrokan. Senjata tajam, kayu, dan benda keras lain jadi alat perlawanan. Video amatir warga memperlihatkan bagaimana salah seorang remaja tersungkur, menjadi bulan-bulanan lawannya. Upaya warga membawa korban ke rumah sakit pun tak mampu menyelamatkan nyawanya.
Bagi warga sekitar, peristiwa itu bukan hal baru. Tawuran remaja seolah menjadi fenomena berulang di berbagai sudut kota. Namun kali ini, insiden di Ambacang meninggalkan luka mendalam: satu nyawa melayang sia-sia, sementara lima remaja lain harus berurusan dengan hukum.
Tim Klewang Satreskrim Polresta Padang bergerak cepat setelah menerima laporan. Dengan sigap mereka melakukan pengejaran hingga ke kawasan Bypass Ketaping. Di sana, lima remaja pelaku tawuran ditangkap beserta senjata tajam yang masih mereka simpan.
Kelima pelaku kemudian digelandang ke Mapolresta Padang. Dari pemeriksaan awal, empat di antaranya ternyata masih berusia di bawah umur. Sebuah fakta yang menyedihkan, mengingat masa depan mereka kini terancam akibat tindakan yang dilakukan dalam emosi sesaat.
Kasat Reskrim Polresta Padang, Kompol Muhammad Yasin, menyebut penyelidikan masih berlanjut. Polisi juga memburu seorang pelaku lain yang sudah diketahui identitasnya. “Lima pelaku sudah kita amankan, sementara satu lainnya masih dalam pengejaran,” ujarnya.
Kini, para pelaku harus menghadapi konsekuensi hukum. Mereka terancam dijerat pasal pidana karena bersama-sama melakukan penganiayaan yang mengakibatkan kematian. Sementara itu, keluarga korban hanya bisa meratapi kehilangan, berharap tragedi serupa tidak lagi menelan korban jiwa.
Peristiwa ini menjadi cermin betapa rentannya generasi muda terseret dalam lingkaran kekerasan. Tawuran yang dianggap “unjuk keberanian” justru berakhir dengan kehancuran. Bukan hanya bagi korban, tetapi juga bagi pelaku yang kini harus menanggung beban panjang dalam hidup mereka (*)






