Dukungan 71 Persen Jadi Modal Kuat Hamdanus–Anandya Pimpin KONI Sumbar

Rangkiangsumbar – Kabar bahwa pasangan bakal calon Ketua dan Sekretaris KONI Sumbar, Hamdanus dan Anandya Dipo Pratama, telah mengantongi lebih dari 71 persen dukungan cabor tentu bukan angka kecil. Klaim tersebut menandakan adanya arus besar yang mengalir di balik konsolidasi menuju Musyawarah Olahraga Provinsi (Musorprov) 2025.

Namun, pertanyaan mendasarnya adalah: apakah dukungan mayoritas cukup menjamin lahirnya kepemimpinan yang mampu membawa olahraga Sumbar bangkit? Dukungan politik organisasi memang penting, tetapi jauh lebih penting adalah kapasitas untuk mengeksekusi janji dan program pembinaan atlet.

Hamdanus menegaskan targetnya adalah mengembalikan Sumbar ke jajaran 10 besar nasional, sebagaimana pernah diraih pada periode 2008–2010. Target ini patut diapresiasi, tetapi harus disadari pula bahwa kondisi olahraga saat ini jauh berbeda dengan 15 tahun lalu. Persaingan antarprovinsi semakin ketat, sementara kebutuhan fasilitas, pembinaan, dan insentif atlet terus meningkat.

Janji untuk bekerja sama dengan kabupaten/kota, perguruan tinggi, serta memaksimalkan database atlet berbakat merupakan langkah strategis. Namun, tanpa perencanaan yang matang, koordinasi yang solid, dan keberanian melakukan terobosan, semua itu berisiko hanya menjadi jargon kampanye. KONI Sumbar memerlukan pemimpin yang tidak sekadar populer, melainkan mampu menata sistem pembinaan secara berkelanjutan.

Di sisi lain, klaim dukungan 71 persen juga harus diuji dalam forum Musorprov yang sah. Sejarah telah menunjukkan, dukungan awal bisa saja cair jika kepentingan politik olahraga tidak dikelola dengan arif. Karena itu, Hamdanus dan Anandya perlu menjaga komitmen dengan para pendukung agar legitimasi mereka tetap terjaga.

Yang tidak kalah penting adalah sikap mereka terhadap transparansi anggaran. Polemik soal dana KONI selalu menjadi sorotan publik. Jika pasangan ini benar-benar ingin menghadirkan kepemimpinan baru, maka komitmen pada akuntabilitas harus ditempatkan di atas kepentingan politik.

Olahraga Sumbar membutuhkan energi baru. Atlet membutuhkan jaminan pembinaan, pelatih membutuhkan fasilitas, dan masyarakat menunggu prestasi yang membanggakan. Dukungan politik organisasi hanya gerbang awal; selebihnya adalah kerja nyata di lapangan.

Kesimpulannya, klaim 71 persen dukungan hanyalah modal politik. Ukuran sebenarnya adalah seberapa jauh Hamdanus dan Anandya bisa membuktikan diri sebagai pemimpin yang membawa Sumbar kembali disegani di kancah olahraga nasional. Sejarah akan mencatat, bukan berapa banyak suara yang dikantongi, melainkan berapa banyak prestasi yang berhasil dihadirkan (*)