Rangkiangsumbar – Hujan belum benar-benar reda ketika Kota Padang mulai menunjukkan wajah muramnya. Air perlahan naik dari parit, merayap ke jalan, sebelum akhirnya memenuhi hampir seluruh sudut kota. Banjir, longsor, dan galodo datang bersamaan, membawa kepanikan dan kecemasan bagi warga yang tak sempat bersiap.
Di beberapa kawasan, suara derasnya air bercampur dengan teriakan warga yang meminta pertolongan. Jalan-jalan berubah menjadi sungai kecil yang mengalir cepat, sementara material longsor menutup akses menuju sejumlah permukiman. Kota Padang seolah terkurung oleh bencana yang datang tiba-tiba.
Pagi itu, Kamis (27/11), langit masih gelap saat Polresta Padang bergerak. Tanpa menunggu instruksi lanjutan, seluruh kekuatan diturunkan. Ratusan personel meluncur ke titik-titik kritis, membawa perlengkapan seadanya namun dengan tekad penuh untuk menjangkau warga yang terjebak.
Di kawasan Kuranji, Koto Tangah, Pauh beberapa personel berjalan melawan arus banjir dengan tali pengaman. Mereka mengevakuasi seorang ibu lanjut usia yang tidak mampu berjalan cepat. Di lokasi lain, petugas menggendong anak-anak yang ketakutan, berpindah dari rumah ke perahu darurat yang disediakan masyarakat dan juga seorang bapak-bapak yang terperangkap inggin menyeberang mencari tempat aman.
Arus lalu lintas nyaris tidak bergerak sama sekali. Beberapa ruas jalan utama lumpuh total akibat tingginya genangan air dan material longsor yang menutup jalur. Dalam kondisi seperti ini, personel kepolisian turun langsung ke lapangan, mengatur arus kendaraan yang tersisa sambil memastikan tidak ada warga yang terjebak di mobil mereka.
Namun, tugas mereka tidak berhenti pada penyelamatan saja. Saat siang menjelang, sebagian personel mulai membagi nasi bungkus kepada warga yang tidak sempat menyelamatkan makanan dari rumah mereka. Anak-anak menerima paket itu dengan tangan gemetar, sebagian masih shock dengan peristiwa pagi hari.
Di daerah yang lebih terdampak, pembagian sembako menjadi prioritas. Beras, mie instan, air minum, serta kebutuhan pokok lain disalurkan ke tempat-tempat pengungsian sementara. Para petugas menyusuri rumah warga untuk memastikan tidak ada yang terlewat, terutama kelompok rentan.
Kerja keras itu berlangsung tanpa jeda, berpacu dengan hujan yang sesekali kembali turun. Lumpur menempel di pakaian personel, namun langkah mereka tidak berhenti. Masyarakat yang melihat upaya tersebut memberikan semangat, ada yang menyiapkan teh hangat, ada pula yang meminjamkan perahu.
Kapolresta Padang, Kombes Pol Apri Wibowo, mengatakan bahwa seluruh personel akan terus berjaga hingga situasi benar-benar aman. Baginya, yang terpenting adalah memastikan warga selamat dan kebutuhan darurat terpenuhi, meski medan lapangan begitu berat.
Di tengah bencana yang menyelimuti kota, upaya Polresta Padang menjadi bukti bahwa solidaritas dapat tumbuh di situasi paling sulit. Banjir, longsor, dan galodo mungkin merusak banyak hal, tetapi ketangguhan dan kepedulian tetap mengalir, sama kuatnya dengan air yang melanda kota hari itu (*)






