Rangkiangsumbar – Minggu malam itu, suasana Jalan Tol Padang–Sicincin di Kapalo Hilalang, Kabupaten Padang Pariaman, tampak lengang. Udara sejuk pegunungan dan jalan beraspal mulus seharusnya memberi kenyamanan bagi setiap pengendara. Namun, di balik tenangnya malam, musibah besar justru terjadi.
Sebuah bus pariwisata ALS dengan nomor polisi BK 7444 UA melaju dari arah Medan menuju Sumatera Barat. Di dalamnya, puluhan penumpang—sebagian besar pelajar—tengah bercengkerama, mungkin membicarakan perjalanan wisata yang mereka impikan. Tak seorang pun menyangka, bus itu akan kehilangan kendali.
Sekitar pukul 23.30 WIB, bus tersebut oleng. Dalam hitungan detik, kendaraan besar itu menabrak pembatas jalan. Suara benturan keras memecah keheningan malam, diikuti teriakan panik para penumpang. Dari sinilah derita panjang dimulai.
Kombes Pol H.M. Reza Chairul Akbar Sidiq, Dirlantas Polda Sumbar, menceritakan betapa memilukan kondisi bus usai kecelakaan. Mendapat informasi tersebut, jajaran Ditlantas Polda Sumbar langsung turun ke TKP untuk memberikan pertolongan kepada korban. “Bodi bus hancur, penumpang berhamburan. Sopir melarikan diri. Saat itu kami langsung lakukan evakuasi,” ujarnya dengan nada serius.
Di lokasi, dua nyawa melayang. Muhammad Dhijey Lexsie (17), seorang pelajar asal Deli Serdang, dan Fakhri Akbar Faris Asseweth (11), bocah sekolah dasar dari Medan Tembung, tewas seketika. Tubuh mereka tak lagi bisa diselamatkan.
Sementara itu, 29 penumpang lainnya mengalami luka-luka. Ada yang memar, lecet, hingga patah tulang. Anak-anak menangis kesakitan, sementara beberapa orang dewasa hanya bisa pasrah saat ditandu ke dalam ambulans. Mereka kemudian dilarikan ke RSUD Padang Pariaman untuk mendapatkan perawatan medis.
Di rumah sakit, suasana tidak kalah haru. Keluarga korban berdatangan dengan wajah cemas. Tangis pecah ketika jenazah dua korban diturunkan dari mobil jenazah. Sementara di ruang IGD, dokter dan perawat sibuk menangani puluhan pasien yang datang hampir bersamaan.
Kecelakaan ini bukan hanya soal kerusakan sebuah bus dengan kerugian sekitar Rp20 juta. Lebih dari itu, tragedi ini menyisakan trauma mendalam bagi anak-anak yang seharusnya menikmati perjalanan wisata, namun justru pulang dengan luka fisik dan batin.
Polisi masih memburu sopir bus yang kabur pascakejadian. “Kami sudah melakukan olah TKP, memeriksa saksi, dan mendalami kasus ini sesuai aturan undang-undang lalu lintas,” tegas Kombes Pol Reza.
Musibah di Padang Pariaman ini kembali menjadi pengingat bahwa keselamatan penumpang bukan hanya soal kualitas jalan atau kondisi kendaraan, melainkan juga tanggung jawab pengemudi. Dalam sekejap, kelalaian di balik setir bisa merenggut nyawa dan mengubah kebahagiaan menjadi duka.
Dan di malam panjang itu, jalan tol yang biasanya sepi berubah menjadi saksi bisu tangis keluarga, jerit kesakitan anak-anak, serta kehilangan yang tak akan pernah terganti (*)


