Rangkiangsumbar – Hujan yang tak kunjung berhenti selama tiga hari terakhir mengubah wajah Kota Padang menjadi kelabu. Langit yang semula tampak teduh tiba-tiba kembali menumpahkan air, seolah tak memberi jeda bagi warga untuk bernapas lega. Di sejumlah titik, genangan mulai berubah menjadi banjir. Salah satu kawasan yang merasakan dampaknya adalah Komplek Perumdak III di Kelurahan Kurao Pagang, Kecamatan Nanggalo.
Selasa pagi (25/11), suasana komplek tak lagi seperti biasanya. Air perlahan merayap masuk melalui jalan lingkungan, menaik hingga mencapai sepaha orang dewasa. Rumah-rumah dihimpit kecemasan, sementara aktivitas warga mulai lumpuh.
Di sudut komplek, beberapa warga tampak sibuk menyelamatkan apa yang bisa diselamatkan. Mobil dipindahkan ke tempat yang lebih tinggi, barang-barang berharga diangkat ke lantai atas. Wajah-wajah tegang terlihat di balkon dan teras rumah, memandang air yang terus meninggi tanpa tanda-tanda surut.
“Air sudah sepaha orang dewasa. Kami mulai khawatir, soalnya hujan masih belum berhenti,” ujar Pak Met, salah seorang warga yang sejak pagi membantu tetangga memindahkan barang.
Menurutnya, kondisi ini bukan yang pertama terjadi. Setiap hujan deras turun cukup lama, kawasan tersebut hampir selalu menjadi langganan banjir. Namun kali ini, debit air meningkat lebih cepat dari biasanya, membuat warga semakin waswas.
Pak Met menambahkan, persoalan utama terletak pada sistem drainase yang tak lagi mampu menampung volume air. “Salurannya sudah penuh lumpur. Harus ada pembersihan dan peningkatan kapasitas. Kalau tidak, kejadian seperti ini pasti terulang terus,” ujarnya.
Warga berharap pemerintah setempat segera turun tangan, terutama pada titik-titik rawan yang kini makin rentan. Sementara itu, mereka hanya bisa berjaga, berharap hujan segera reda dan air perlahan surut.
Di tengah derasnya hujan dan genangan yang meninggi, harapan akan penanganan yang lebih serius menguat. Bagi warga Komplek Perumdak III, hari-hari seperti ini menjadi pengingat bahwa banjir bukan lagi ancaman musiman, melainkan kenyataan yang harus mereka hadapi berulang kali (*)






