Rangkiangsumbar – Suasana siang di Jorong Pasar Gambok, Nagari Padang Laweh Selatan, Kecamatan Koto VII, Sijunjung, pada Selasa (4/11) mendadak berubah tegang. Sekitar pukul 14.00 WIB, warga melihat seorang pemuda berinisial FRA (22) diamankan polisi. Pemuda itu diduga mengancam ibu kandungnya sendiri dengan menggunakan senjata tajam.
Sang ibu, Titin Sumarni (48), sehari-hari dikenal sebagai perawat. Sosok yang ramah, lembut, dan sering membantu warga sekitar ketika membutuhkan pertolongan kesehatan. Namun di balik itu, ia harus menghadapi situasi yang tak pernah dibayangkan oleh seorang ibu: ancaman dari anak yang telah ia besarkan dengan kasih sayang.
Kasus ini terungkap setelah Titin memberanikan diri membuat laporan ke Polres Sijunjung. Laporan tersebut tercatat dalam LP/B/60/X/2025/SPKT/POLRES SIJUNJUNG/POLDA SUMBAR, tertanggal 31 Oktober 2025. Polisi bergerak cepat setelah menerima laporan tersebut.
“Kejadian ini bukan hanya soal tindak pidana, tetapi juga persoalan keluarga dan emosi. Namun hukum tetap harus ditegakkan,” kata Kasat Reskrim Polres Sijunjung, AKP Hendra Yose, yang saat itu didampingi Kanit I Reskrim (Resum) Aipda Dafitra Aulia Rabu (5/11)
Setibanya di lokasi, petugas mengamankan FRA tanpa perlawanan. Ia kemudian dibawa ke Mapolres Sijunjung untuk diperiksa lebih lanjut. Sementara itu, beberapa saksi turut dimintai keterangan guna memperjelas kronologi kejadian.
Dari pemeriksaan, polisi juga menyita barang bukti berupa satu bilah parang, satu bilah pisau, dan satu unit handphone Oppo Reno 8 warna hitam. Barang-barang tersebut diduga digunakan atau berkaitan dengan ancaman yang dilakukan pelaku.
“Atas perbuatannya, FRA dijerat Pasal 335 ayat (1) ke-1e KUHP jo Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1951 dengan ancaman hukuman sembilan tahun penjara,” jelas AKP Hendra Yose.
Meski hukum berjalan, kasus ini menyentuh banyak hati. Warga berharap ada jalan terbaik ke depan bukan hanya soal keadilan, tetapi juga pemulihan hubungan keluarga. Sebab di balik setiap peristiwa, selalu ada hati yang perlu dipulihkan (*)



